Pangebatan.desa.id. Dialek Banyumasan yang merupakan salah satu kearifan lokal Banyumas ternyata dapat menarik perhatian dewan juri Sayembara Menulis Esai bagi Guru Tingkat Propinsi Jawa Tengah. Buktinya, dari sejumlah 104 naskah yang masuk ke panitia, satu naskah dari sepuluh finalis yang terpilih dewan juri adalah naskah yang mengupas tentang dialek Banyumas dan segala persoalannya.
Naskah esai yang berjudul “Perjuangan Kosa Kata Dialek Banyumas Menghadapi Sakaratul Maut” yang ditulis oleh Riyadi, Kepala SDN Pangebetan Kecamatan Karanglewas, ternyata mampu menggoda perhatian dewan juri dan berhasil menyisihkan 102 naskah lainnya. Naskah tersebut kemudian ditetapkan menjadi pemenang ke dua setelah melewati dua tahapan penilaian oleh panitia pada Kamis (5/9) yang lalu di Semarang.
Di tahap awal, naskah tersebut terseleksi hingga beberapa kali oleh dewan yuri yang terdiri atas 3 orang praktisi kepenulisan diantaranya penulis lepas E.S.Wibowo dari Magelang, Kustri Sumiyardana, M.Hum dan Rini Esti Utami,S.S dari Balai Bahasa Jawa Tengah. Setelah terpilih sepuluh naskah kemudian naskah tersebut diuji dan dideteksi keasliannya. Selanjutnya setelah terbebas dari plagiarism para penulis diminta untuk mempresentasikan naskah dan mengikuti wawancara.
Dalam presentasi dan wawancaranya, sejumlah pertanyaan disampaikan dewan Juri terkait konten esai yang mengangkat persoalan kosa kata dialek Banyumas. Menurut pengakuan juri, mereka sangat tertarik dengan esai tersebut karena yang diangkat persoalan kearifan lokal. “Ini tulisan asli yang terbebas dari plagiat dan merupakan tulisan kebaharuan,” ujar Rini Esti salah seorang juri mengomentari.
Dalam ulasannya, E.S Wibowo juga mengungkapkan kegembiraannya karena dalam esai kali ini banyak permasalahan kearifan lokal yang diangkat menjadi tema tulisan. “Saya merasa puas karena kesepuluh tulisan ini benar-benar berkualitas sebagai esai. Kalau boleh menjadi juara akan saya jadikan juara satu semua,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui kegiatan Sayembara Penulisan Esai bagi Guru yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah (BBJT) itu merupakan kegiatan rutin yang sudah berjalan dua tahun belakangan ini. Lomba ini diperuntukkan bagi para guru se-Jawa Tengah dengan maksud memberikan wadah bagi para guru untuk menyampaikan gagasan-gagasan bermutu mereka dalam bentuk tulisan.
Selain esai, pada saat yang bersamaan Balai Bahasa Jawa Tengah juga menyelenggarakan sayembara penulisan esai dan cerpen bagi remaja dan guru. “Untuk penulisan cerpen baru akan diumumkan dan difinalkan tanggal 6 September karena banyaknya naskah yang masuk,” kata Tirto Suwondo, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah dalam sambutannya.
Tirto Suwondo juga menambahkan bahwa hasil dari sayembara penulisan esai dan cerpen tersebut nantinya akan dijadikan buku Antologi Esai dan akan diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. “Seperti tahun lalu setelah buku diterbitkan kemudian akan didistribusikan ke semua sekolah yang ada di Jawa Tengah sebagai bahan penunjang literasi sekolah,” katanya@(Riy)